Sabtu, 27 Oktober 2012

LIFE SUPPORT PADA GAWAT DARURAT YANG MENGANCAM JIWA



LIFE SUPPORT PADA GAWAT DARURAT YANG MENGANCAM JIWA


A.  PENGELOLAAN PENDERITA GAWAT DARURAT ( PPGD )


  1. PENGERTIAN
Gawat Darurat  adalah suatu keadaan bila tidak segera ditolong akan menyebabkan kecacatan / kematian.
Tindakan pada menit pertama sangat menentukan hidup atau mati pasien, oleh sebab itu harus dilakukan dengan tepat, cepat dan cermat.


  1. DASAR – DASAR PENANGANAN PPGD :
Urutan prioritas PPGD  :

    1. B1  =  BREATH  ( masalah pernafasan )
·         Jalan nafas dikatakan bebas jika tidak ada suara nafas tambahan : gurgling, snoring, crowing
·         Bila suara nafas tidak bebas berarti terhambat, maka dilakukan bantuan  :
                                                                                                                                      i.      Tanpa alat : head tilt, chin lift, jaw thrust
                                                                                                                                    ii.      Dengan alat : orofaringeal, nasofaringeal, suction, NGT, ETT, cricothyroidotomi, tracheostomi
·         Bila tidak bernafas :
o   Beri nafas buatan tanpa alat  :
Dari mulut ke mulut / hidung
o   Nafas buatan dengan alat  :
Ambubag, Jackson Ress, Respirator
·         Pasien bernafas tetapi tidak memadai, beri O2
o   Nasal prong           :  3 L              30 %
o   Nasal catheter        :  3 L              30 – 40 %
o   Masker                   :  6 – 8 L        60 %
o   Masker reservoir    :  10 – 12 L  → 100%
Nafas tambahan → Asissted
                        Masalah pernafasan dapat menyebabkan kematian dalam 3 menit.

    1. B2 = Blood ( Masalah Hemodinamik )
Perfusi baik tandanya : Hangat, Kering, Merah  (HKM)
Shock adalah : gangguan perfusi organ vital
Tanda – shock :
                           Perfusi terganggu, nadi kecil dan cepat, dingin,pucat dan CRT > 3 detik. Oleh sebab itu, segera dilakukan posisi shock setinggi 45º

    1. B3 = Brain ( Masalah Kesadaran / Neurologis )
Tingkat – tingkat kesadaran :
·         Sadar ( compos mentis )                   AVPU : tingkat kesadaran
·         Samnolennt                                                  A : Alert
·         Sopor                                                            V : Valert to voice
·         Soporocoma                                                 P  : Palert to pain
·         Coma                                                            U : Unconcious
GCS normal       : 4 – 5 – 6  ( 15 ) → nilai tertinggi
                           1 – 1 – 1  ( 3 )   → coma / nilai terendah
Untuk prognosa
Pasien trauma

    1. B4 = Bladder  ( Masalah Urologi)
Yang dinilai : fungsi ginjal, sebab bisa mengancam acute renal failure
Oleh sebab itu, harus observasi ketat urine
·         Volume normal        : 1 – 2 cc / kgBB
·         An uria                     : 20 cc / 24 jam
·         Oliguria                    : 25 cc / jam / 400cc / 24 jam
·         Poliuria                     : 2500 cc / 24 jam
·         Hipotensi      → produksi urine berkurang
·         Hipovolemi  → produksi urine berkurang dan pekat
·         DM               → produksi meningkat
# Oliguria / anuria menyebabkan acute renal failure karena  :
o   Pre renal          : Hipovolemia, hipotensi, shock
o   Renal               : Reaksi tranfusi, radang myoglobin, uria
o   Post renal        : batu, febris

    1. B5 = Bowel ( Masalah Tractus Digestivus )
·         Perut kembung : diafragma terdorong ke atas, dan bisa menyebabkan hipoventilasi
Penyebabnya : acites, ileus, perdarahan intra abdominal
·         Muntah dan diare menyebabkan hipoventilasi
Pemberian cairan  : memakai kriteria Pierce
                                 mis : BB 50kg → dehidrasi berat 10%
                                 Diberikan cairan RL / PZ
                                 20cc / kgBB ( 100 ml )
                                 Maintenance : 40 – 50 ml / kgBB / 24 jam

    1. B6 = Bone ( Masalah Tulang dan Kerangka )
·         Patah tulang leher (diatas servikal II) menyebabkan tetraplegi dan kelumpuhan otot difragma dan pasien bisa meninggal akibat gangguan nafas
·         Patah tulang panjang akan terjadi emboli lemak yang massif dan pasien bisa mati karena gangguan nafas


B. SUMBATAN JALAN NAFAS


  1. AKIBAT SUMBATAN JALAN NAFAS
            Sumbatan jalan menyebabkan hipoksemia, dan hipoksemia merupakan pembunuh utama pasien gawat darurat. Oleh sebab itu pencegahan hipoksemia merupakan prioritas dengan cara  :
    Jalan nafas dipertahankan terbuka
    Ventilasi adekwat
    Beri O2

  1. PENYEBAB SUMBATAN JALAN NAFAS
Sumbatan jalan nafas disebabkan :
·         Tindakan anesthesi   : Pasien tidak sadar, obat pelumpuh otot  dan  muntahan
·         Penyakit                     : Coma, stroke, radang otak
·         Trauma / kecelakaan  : Trauma maxilofasial, trauma kepala, keracunan

  1. PATOFISIOLOGI
Kesadaran menurun akibat tindakan anesthesi, trauma, penyakit akan terjadi relaksasi otot – otot termasuk otot lidah dan sphincter cardia.
Pada posisi terlentang pangkal lidah akan jatuh ke posterior dan menutup orofaring menyebabkan sumbatan jalan nafas. Sfincter cardia yang rileks menyebabkan isi lambung mengalir ke orofaring (regurgitasi) sehingga terjadi sumbatan jalan nafas.
Regurgitasi akan terjadi aspirasi → pneumonia sebab refleks batuk menurun / hilang.
Trauma di wajah → edema, patah tulang, perdarahan, lepasnya gigi dan hipersekresi → sumbatan jalan nafas.
Trauma tajam pada leher → perdarahan / hematoma → sumbatan jalan nafas dan sulit untuk intubasi → maka dilakukan cricotirodotomi / tracheostomi.

  1. TANDA – TANDA SUMBATAN JALAN NAFAS
Dapat dilakukan dengan cara :

    Lihat ( LOOK )
·         Kesadaran akan menurun / agitasi
Agitasi → Hipoksemia Karena sumbatan jalan nafas
Penurunan kesadaran → Hiperkarbia yang disebabkan oleh hipoventilasi akibat sumbatan jalan nafas.
·         Pergerakan dada dan perut
Normalnya kedua bergerak sama – sama, kalau ada sumbatan jalan nafas keduanya bergerak berlawanan.
·         Retraksi sela iga, supra klavikula / subkostal
·         Cyanosis sebagai tanda adanya hipoksemia
·         Deformitas daerah yang patah
    Dengar ( LISTEN )
Adanya suara nafas tambahan yang didengar, berupa :
·         Dengkuran ( SNORING ) → Lidah yang menutup orofaring
·         Kumuran ( GURGLING ) → Sekret, darah, muntahan
·         Siulan ( CROWING ) → Penyempitan karena spasme, edema atau pendesakan
    Raba ( FEEL )
Meraba hawa ekspirasi dari hidung / mulut dan raba getaran di leher

SUMBATAN
LIHAT GERAK NAFAS
DENGAR SUARA TAMBAHAN
RABA HAWA EKSPIRASI
Bebas
Normal
-
+
Parsial
Normal
+
+
Parsial berat
See saw
+
±
Total
See saw
-
-


  1. PENGELOLAAN JALAN NAFAS
Penilaian dan pengelolaan jalan nafas dilakukan dengan cepat, tepat dan cermat untuk mencegah hipoksemia, juga untuk membuka dan menjaga jalan nafas tetap bebas dan waspada terhadap keadaan klinis yang menyumbat atau potensial akan menyumbat.
Penyumbatan jalan nafas yang paling sering :

a.      Lidah dan epiglottis
Pasien yang tingkat kesadaran menurun, lidah akan jatuh ke belakang dan menyumbat hypofarings atau epiglottis jatuh ke belakang dan menutup rima glotidis, maka dilakukan pembebasan jalan nafas yaitu :
    Tanpa alat        : Head tilt, chin lift, dan jaw thrust
    Dengan alat     : Orofaringeal dan Nasofaringeal
Pada cedera tulang leher cara yang dianjurkan  :
      Jaw thrust dan chin lift dengan memakai Neck collar
Chin lift        : 4 jari diletakkan dibawah rahang, dan ibu jari diatas dagu, lalu dagu diangkat kedepan.
Jaw thrust     : Kedua tangan ditempelkan pada kedua pipi pasien, dan dengan jari – jari mendorong angulus mandibulae kanan dan kiri kedepan sehingga barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas.
Triple airway maneuver yaitu :Jaw thrust, head tilt, buka mulut.

OROFARINGEAL AIRWAY
Ukurannya      : ☺     Dari tengah bibir ke angulus mandibula
                               Dari tepi bibir ke tragus
Cara pasang     :
    Secara langsung dengan bantuan spatel
    Secara tidak langsung dengan cara terbalik menyusuri palatum durum setelah masuk setengah lalu diputar 180º lalu didorong secara perlahan – lahan.

NASOFARINGEAL AIRWAY
Ukurannya      : ☺ Sebesar kelingking jari pasien
                          ☺ Panjangnya dari tepi cuping hidung sampai ke tragus
Cara pasang     :
    Lumasi dengan jelly
    Secara langsung ke dalam lubang hidung
    Bagian bevel menghadap septum
    Sampai bagian yang bersayap mencapai lubang hidung bagian luar

b.      Muntahan  : darah, secret, benda asing
                        Dilakukan suction :
                        i.    Rigid tonsil dental suction tip :
                                                Pengisapan di rongga mulut
                        ii.   Soft catheter suction tip           :
                                                Pengisapan di lubang hidung, ETT, trakheostomi                 
                                                ( lewat lubang hidung jangan dilakukan pada pasien dengan fraktur lamina cribosa, sebab dapat menembus masuk rongga otak)

c.       Trauma daerah maxillofacial
Bila tidak berhasil dengan cara – cara tersebut diatas, maka dilakukan jalan nafas definitive : intubasi ET atau cricothyroidotomi atau tracheostomy

  1. JALAN NAFAS DEFINITIF
Yaitu : Pipa jalan nafas yang dilengkapi dengan balon (cuff) yang dapat dikembangkan dan dipasang di trachea.
Tujuan : Untuk mempertahankan jalan nafas, pemberian ventilasi, oksigenasi dan pencegahan aspirasi.
Ada 2 macam tindakan :
i.        Intubasi Endotracheal :
§  Orotracheal
§  Nasotracheal
ii.      Dengan pembedahan / surgical Airway :
§  Cricothyroidotomi
§  Tracheostomi
                  Tindakan ini pada pasien yang APNEA : Sebagai pencegahan aspirasi darah / muntahan dan ancaman sumbatan jalan nafas : trauma inhalasi, status konvulsi, trauma maxilofasial, trauma kepala tertutup dengan GCS : < 8



C. GAWAT NAFAS AKUT


1.      PENGERTIAN
Gawat nafas adalah  :
            Suatu kegawatan yang cepat menimbulkan kematian,sehingga harus ditangani secara cepat, tepat, cermat dan terpadu / multi disipliner.

2.      PENYEBAB GAWAT NAFAS AKUT
Gangguan nafas dapat berupa hipoventilasi sampai ke henti nafas yang disebabkan oleh :
§  Tindakan Anesthesi
o   Anesthesi yang terlalu dalam
o   Sisa obat pelemas otot
o   Obat narkotik
§  Suatu penyakit
Radang otak, radang syaraf, stroke, tumor otak, edema paru, gagal jantung, miastenia gravis
§  Trauma – kecelakaan
o   Cedera kepala
o   Cedera tulang leher
o   Cedera thorak
o   Keracunan obat

3.      PATOFISIOLOGI
a.       Jalan nafas tersumbat → gangguan ventilasi, maka dilakukan tindakan membuka jalan nafas agar tetap bebas, namun tetap ada gangguan ventilasi, harus cari penyebabnya.
b.      Penyebab lain : gangguan pada mekanik ventilasi dan depresi susunan syaraf pusat.
c.       Untuk inspirasi agar diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan nafas yang bebas, kekuatan otot respirasi yang kuat, dinding thorak yang utuh, rongga pleura yang negatif dan susunan syaraf yang baik.
d.      Bila ada gangguan dari unsur – unsur mekanik ini menyebabkan volume udara inspirasi tidak adekwat. Terjadi hipoventilasi dan terjadi hiperkarbia dan hipoksemia. Hipoksemia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan meningkatkan TIK, sehingga kesadaran menurun dan menekan jalan nafas.
e.       Parameter ventilasi
(i)     Pa CO2  (N : 35 – 45 mmHg)
(ii)   ET CO2 (N : 25 – 35 mmHg)
            f.   Parameter oksigenasi
i.        Pa O2    (N : 80 – 100 mmHg)
ii.      Sa O2    (N : 95 – 100%)




4.      PENYEBAB GANGGUAN NAFAS
a. Penyebab sentral
Yang menimbulkan depresi pada pusat nafas akan menimbulkan gangguan nafas .
                        Contoh :
                        Obat – obatan (anesthesi, narkotik tranquilizer), trauma kepala, radang otak, stroke, tumor.
            b. Penyebab perifer
§     Jalan nafas yang tersumbat menyebabkan gangguan ventilasi dan oksigenasi
§     Paru : radang paru, aspirasi, atelektasis, edema
§     Rongga pleura : Pneumothorak ( udara )
   Fluidothorak ( cairan )
   Hematothorak ( darah )
§     Dinding dada : patah tulang iga → flail chest
§     Otot nafas : kelumpuhan akibat obat pelumpuh otot
§     Syaraf : SAB yang terlalu tinggi, poliomyelitis, Guillane Barre Syndrome
§     Jantung kelainan jantung

5.      TANDA – TANDA GANGGUAN VENTILASI
a.       Lihat (LOOK)
§  Tachipnea
§  Perubahan status mental
Agitasi → hypoxemia
Penurunan kesadaran akibat hipoventilasi → peningkatan PaCO2 →  TIK meningkat
b.      Dengar (LISTEN)
§  Keluhan
§  Suara nafas
c.       Raba (FEEL)
§  Hawa ekspirasi
§  Emfisema sub kutis
§  Krepitasi / nyeri tekan
§  Deviasi trakea → ada atelektasis, pneumothorak, fluidothorak, hematothorak


D. SYOK


  1. DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI
Syok adalah kumpulan gejala – gejala yang diakibatkan oleh gangguan perfusi jaringan yaitu aliran darah ke organ tubuh tidak mencukupi.
Gangguan perfusi → jaringan kekurangan oksigen dan nutrisi.

  1. MACAM – MACAM PENYEBAB SYOK
    1. Syok Hipovolemik
Disebabkan tubuh kehilangan darah, plasma / cairan tubuh.
Contoh : Pembedahan, trauma, luka bakar, muntah, diare.
Kehilangan bentuk lain disebut = Third Space Loss yaitu peritonitis, pancreatitis, ileus obstruktif.
    1. Syok Kardiogenik
Gangguan perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi jantung.
Contoh : AMI, cardiomyopati, aritmia, payah jantung, tamponade jantung, dan trauma jantung.
    1. Syok Septik
Karena penyebaran / invasi kuman dan toksinnya didalam tubuh yang berakibat vasodilatasi.
d.      Syok Neurogenik
Karena disfungsi system saraf didalam tubuh yang berakibat vasodilatasi → trauma tulang belakang, spinal syok anesthesi yang terlalu dalam.
e.       Syok Anafilaktik
Akibat reaksi antigen → antibody yang mengeluarkan histamine → peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan terjadi dilatasi arteriole sehingga venous return menurun. Juga disebabkan oleh obat, makanan, reaksi tranfusi, sengatan serangga, gigitan ular berbisa.

3.      TANDA –TANDA DAN GEJALA SYOK
a.       Sistem pernafasan: Nafas cepat dan dangkal.
b.      Sistem sirkulasi : Ekstremitas pucat, dingin, berkeringat dingin, nadi cepat
dan lemah. Waktu pengisian kapiler ( CRT ) lambat /           > 2 – 3 detik, tensi turun, vena kolaps, CVP < 5cmH2O.
c.       Sistem syaraf pusat : Pasien mulai gelisah sampai tidak sadar.
d.      Sistem ginjal            : Produksi urine menurun, normal = ½ - 1cc/kgBB/jam
e.       Sistem pencernaan  : Mual, muntah.
f.       Sistem kulit / otot   : Turgor ↓, mata cowong, mukosa lidah kering.

4.      TERAPI
a.       Memperbaiki system pernafasan
§  Membebaskan jalan nafas
§  Terapi oksigen
§  Bantuan nafas
b.      Memperbaiki system sirkulasi
§  Pemberian cairan
§  Monitoring nadi, tekanan darah, perfusi perifer, produksi urine
c.       Menghilangkan / mengatasi penyebab syok


i.        Syok Hipovolemik
§  Pasang infuse di dua tempat dengan jarum no 14G / 16G
§  Grojok cairan : 1000 – 2000cc
    Gunakan jarum IV besar dan pendek
    Botol digantung setinggi mungkin
    Memakai pompa / perasan
§  Macam – macam cairan yang digunakan :
·         Kristalloid : RL, NACL
Sifatnya tidak bertahan lama di intravaskuler, diberikan 3 – 4 kali jumlah perkiraan perdarahan. RL lebih fisiologis dibanding NACL
·         Kolloid : → gol protein : albumin / plasma
   → gol non protein : dextran / gelatin
·         Darah : whole blood – fresh / stored, PRC
HEMODILUSI
Adalah mengganti kehilangan darah dengan larutan kristalloid / koloid sampai hemodinamik stabil, dengan tanda :
Nadi < 100x/menit, T/D syst >100mmHg, perfusi perifer HKM, CRT <2 detik

                                                                                    ii.      Syok Kardiogenik
Berkurangnya kekuatan memompa dari jantung, maka terapinya : memperkuat fungsi pompa pada jantung dengan menggunakaninotropik , yaitu : Dopamin, Dobutamin, Isoprenalai dan nor-adrenalin

                                                                                  iii.      Syok Septik
§  Normalisasi volume darah
§  Antibiotika
§  Vasopressor
§  Inotropik
§  Menghilangkan sumber infeksi

iv.    Syok Anafilaktik
§  Normalisasi volume darah
§  Steroid
§  Antihistamin
§  Adrenalin 0,5mg / iv
§  Bronchodilator

v.      Syok Neurogenik
§  Normalisasi volume darah
§  Inotropik

5.      HIPOTENSI PASCA BEDAH
Penyebab tersering hipotensi pasca bedah adalah  :
§  Hipovolemia karena perdarahan baik yang kelihatan atau tidak kelihatan atau adanya third space loss (edema mesentrium karena laparatomi)
            Bila terjadi hipotensi pasca bedah, maka tindakannya  :
§  Bebaskan jalan nafas
§  Terapi oksigen
§  Posisi head down / posisi syok ( kedua kaki lebih tinggi dari badan ) setinggi 45º
§  Pemberian cairan kristalloid / kolloid